Pengembangan Pola Pikir Berbasis Aset pada Pengurus OSIS SMPN 4 Abang (Implementasi Berpikir Berbasis Aset Sejak Dini)
“Selamat sore para pengurus OSIS SMPN 4 Abang. Coba simak video ini. Insipirasi apa yang dapat kalian dapatkan terkait dengan proses perencanaan atau rapat di pengurus OSIS”, tanya saya di WAG OSIS sambil mengirim video berikut.
Video tersebut
menggambarkan bagaimana di sekelompok guru tentang perbedaan deficit based thinking dan asset based thinking yang saya
peroleh dari kegiatan program guru penggerak. Sengaja video tersebut saya kirim
ke grup OSIS untuk memantik sekaligus menginspirasi kepada pengurus OSIS agar
dapat beralih mindsetnya dari berpikir berbasis kekurangan menuju berpikir
berbasis kelebihan atau potensi yang dimiliki sebagai asset yang berharga.
Inilah cara kami di bidang kesiswaan untuk melakukan aksi nyata bagaimana
mengubah paradigma tersebut agar generasi muda ini mampu melaksanakan fungsi
keorganisasiannya secara baik, mampu memanfaatkan aset-aset yang ada secara
optimal. Hal sederhana apa yang kami lakukan, namun saya yakin akan berdampak
pada perubahan pola pikir pengurus OSIS.
“Izin menjawab Pak Ambara,
berdasarkan hasil pengamatan saya mengenai video tersebut, jika di dalam suatu
organisasi maupun kelompok akan mengadakan suatu kegiatan, alangkah baiknya
menggunakan pemikiran perencanaan ” Asset Based Thinking “, yang
mana asset
based thinking tersebut adalah pemikiran perencanaan yang mengarah ke hal positif
dan kreativitas, sehingga akan muncul harapan yang membuat motivasi untuk
menjalankan kegiatan tersebut dengan penuh semangat, sedangkan ” Deficit Based Thinking ” adalah
pemikiran perencanaan yang mengarah ke hal negatif seperti kendala dan
kemungkinan buruk, sehingga menimbulkan rasa khawatir jika akan melaksanakan
kegiatannya. Jadi inspirasi yang dapat di ambil adalah, kita dapat menggunakan
pemikiran perencanaan ” Asset
based thinking ” di dalam organisasi OSIS kita ini, dan kita harus memandang sisi
positif dan kreativitasnya, jangan memandang sisi buruk atau negatifnya”,
ungkap Made Galih si Ketua OSIS.
Tanggapan pengurus OSIS tersebut
menggambarkan bahwa video tersebut mudah dipahami karena memberikan contoh
langsung perbedaan antara deficit Based thinking dan asset Based
thinking sehingga menjadi insight bagi pengurus OSIS
untuk merealisasikan asset Based thinking dalam proses
perencanaan berorganisasi. “Mantap”, respon saya di grup tersebut. Untuk
mengetahui aset atau potensi yang dimiliki pengurus OSIS SMPN 4 Abang,
selanjutnya saya meminta masing-masing bidang untuk menyampaikan aset yang
dimiliki. Dalam waktu dua hari, satu demi satu setiap bidang menyampaikan
pendapatnya.
“Saya perwakilan dari sekbid budi
pekerti dan akhlak mulia menjawab. Mengenai potensi dan aset yang kami miliki
untuk di kembangkan di OSIS. Di sekbid kami terdapat berbudi pekerti dan
berakhlak mulia yang dapat dikembangkan di SMPN 4 Abang yaitu seperti adanya
program kerja yaitu : 1) menertibkan siswa-siswi untuk memakai atribut dengan
lengkap; 2) bantuan sosial yang berkolaborasi dengan sekbid lain;
bersih-bersih/ kerja bakti sekolah yang akan berkolaborasi dengan sekbid
lainnya juga. Untuk mewujudkan siswa SMPN 4 Abang yang berakhlak
mulia dan berbudi pekerti”, ungkap Tasya.
“Saya perwakilan
dari sekbid Pembinaan Kepribadian Unggul, Wawasan Kebangsaan, dan Bela
Negara izin menjawab pertanyaan yang Bapak berikan. Di dalam sekbid kami
memiliki beberapa program kerja yaitu contohnya bela negara dan lain sebagainya
pengembangan yang dapat dilakukan untuk kedepannya adalah mungkin dapat lebih
tertib lagi dalam menggunakan atribut sekolah lengkap seperti menggunakan dasi,
menggunakan ikat pingang, dan topi saat upacara. Dan juga perilaku-perilaku di
dalam kehidupan sehari-hari yang dapat meningkatkan sikap cinta tanah air,
contohnya seperti menyanyikan lagi Indonesia Raya setiap pagi sebelum
dimulainya kegiatan pembelajaran”, ungkap Wira.
“Selamat pagi, Pak Ambara. Mohon maaf atas keterlambatan dalam menjawab. Saya dari perwakilan sekbid keorganisasian izin menyampaikan potensi dan aset yang bisa kami kembangkan di OSIS. Kami memiliki tugas pokok instansi seperti mengadakan MPLS untuk peserta didik baru, kami ingin membuat kegiatan MPLS sebaik mungkin agar peserta didik baru juga bisa beradaptasi dengan baik di SMPN 4 Abang. Tugas lain kami juga mengadakan pemilihan pengurus OSIS (open recruitment), melaksanakan sertijab dan pelantikan pengurus OSIS baru. Kami juga ingin mengembangkan metode pengukuran keberhasilan untuk program program sekbid, seperti survei siswa, pelaporan berkala, atau evaluasi kegiata agar tidak terjadinya kegagalan yang sama dan berulang kedepannya. Kami juga ingin menganalisis data untuk memahami dampak positif dan membuat perbaikan jika ada kesalahan. Selebihnya hanya itu yang baru bisa saya sampaikan. Terima kasih, Pak Ambara”, ungkap Komang Rizal.
Dari budaya dialektika yang kami bangun, meskipun lewat WAG, namun pertanyaan-pertanyaan yang powerfull tersebut mampu memantik pengurus OSIS SMPN 4 Abang menganalisis aset-aset yang bisa dikembangkan. Mereka tidak lagi melihat aspek negatif atau kekurangan terlebih dahulu, justru mereka mampu menganalisis hal-hal positif apa yang bisa dikembangkan. Tantangan berikutnya adalah mengenalkan metode BAGJA kepada pengurus OSIS agar mereka dapat mencoba menerapkan proses perencanaan dan merealisasikan dari setiap sekbid di organisasi OSIS SMPN 4 Abang. Inilah langkah kecil yang kami lakukan, semoga dari langkah kecil ini akan menjadi gerakan perubahan yang terus menerus dilakukan oleh Pengurus OSIS yang berdampak pada kemampuan memimpin dirinya dan orang lain. Salam bahagia dan salam hebat. tergerak dengan berubah, bergerak dengan berbagi, menggerakkan dengan berkolaborasi.
Komentar
Posting Komentar