Asal Muasal Pemujaan Bhatara Sri Sedana dan Bhatara Melanting

 


Menurut lontar Śiwagama, Bhatari Sri Sedana pergi ke pusat semesta menghadap Śiwa dan Umā [mareng pusĕr bhuwana

Kemudian atas keinginan Śiwa dan Śakti, Bhatari Sedana diberi anugerah sebagai Sajīwapati, penguasa harta kekayaan manusia.¹

• Munculnya dewi Melanting

Saat Bhatari Sedana melakukan yoga samādhi di Medangalas, salah satu dari 8.000 pengikutnya telah membuat hati sang Bhaṭārī senang karena kesalehannya. Kemudian Bhatari Sedana memberi posisi baru kepada pengikutnya itu sebagai seorang dewi bernama dewi Mayasih. Setelah Dewi Mayasih menyucikan raganya dia kembali berganti nama menjadi Bhatari Melanting, dan akan menggantikan posisi Bhatari Sedana sebagai dewa pemimpin pasar.²

Maka ditarik sebuah Siddhānta atau kesimpulan: Bhaṭārī Melanting adalah pengikut setia Bhaṭārī Sādhanā, dan Bhaṭārī Sādhanā adalah pemuja setia Mahābhaṭāra Śiwa. Sebuah Pramāṇa berbunyi:

.—'Śiva menjadi senang atas pemujaan seorang pemuja-Nya. Tidak ada perbedaan antara Śiva dengan pemuja Śiva karena sesungguhnya dia adalah Śiva Sendiri.'³

Tuhan dengan pemuja-Nya tidak berbeda, karena sang pemuja telah mencapai kemanunggalan dengan Śiwa (śivasāyujya), Śruti juga memberikan citra Vedāntik: Sarvo vai rudrastasmai [segala sesungguhnya sesuatu adalah Śiwa].⁴

Di Bali, itu hadir di dalam Tutur dan Tattwa: śivātmā bhavate sarve [Śiwa berdiam di dalam segalanya], rūpa bhaṭāra śiva sahananya [bentuk Bhaṭāra Śiwa adalah segala yang ada].⁵ Hindu-Bali adalah Śaivisme dengan Pakṣa

Śaivasiddhānta bahwa Bhaṭāra Paramaśiva meresapi semuanya dan menjadi segala yang ada. Sebuah Siddhanta hanya dapat diterima jika sesuai dengan semua kitab suci (Veda dan Āgama).

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pemanfaatan Aset dengan Metode Bagja (Sebuah Refleksi Diri)

Pemimpin Pembelajar dalam Pengelolaan Sumber Daya (Koneksi Antarmateri)

Pengembangan Pola Pikir Berbasis Aset pada Pengurus OSIS SMPN 4 Abang (Implementasi Berpikir Berbasis Aset Sejak Dini)