Cinta Rahwana, Sudut Pandang yang Kontroversi
Selamat malam sahabat pembaca. Semoga sahabat semua dalam keadaan yang sehat dan selalu berbahagia. Kemarin kita sudah mendeskripsikan seorang tokoh Sangkuni yang sifat-sifatnya tetap ada hingga saat ini. Kali ini saya akan mendeskripsikan kisah sosok Sang Raja Alengka, Rahwana dalam sudut pandang yang berbeda yaitu dari sisi kisah cintanya. Karena cinta adalah sebuah anugerah yang tak kan mampu sirna ditelan waktu wkwkwk.
Kita tahu jika Rahwana adalah Penjahat. Rama adalah pahlawan. Pemahaman ini sudah meluas dalam masyarakat. Namun dalam urusan cinta, bisa
saja pemahaman ini diperdebatkan. Saya percaya bahwa manusia itu punya dua sisi
(tidak ada yang sepenuhnya hitam, tidak ada yang sepenuhnya putih), saya ingin
mencoba melihat dari sisi Rahwana sebagai pribadi yang jatuh cinta.
Dalam
sebuah kisah lalu diceritakan Rahwana hanya mencintai satu wanita, istrinya. Dewi
Setyawati namanya. Hingga kemudian sang dewi meninggal dan kemudian menitis ke Dewi
Sinta. Cinta di hati Rahwana tak pernah padam hingga akhirnya sang waktu
mempertemukannya dengan Sinta yang sayangnya sudah menjadi istri Rama, raja
Ayodya, karena memenangi sayembara.
Melihat
cinta sejatinya sudah menjadi milik orang lain, Rahwana punya dua pilihan:
merelakannya atau merebutnya dengan taruhan apa pun, bahkan nyawa.
Rahwana pun memilih pilihan kedua. Sinta pun diculiknya dan dibawa pulang ke
Alengka. Selama tiga tahun disekap, Sinta diperlakukan bak ratu oleh Rahwana.
Meski dia bisa memaksa atau bahkan memperkosa Sinta, Rahwana tak pernah mau
melakukannya. Rahwana tahu, cinta sejati tak akan memaksa apalagi menyakiti.
Dia tak
pernah menyentuhnya. Dia menunggu. Menunggu adalah hal terbaik agar sang dewi
tak terluka hatinya. Agar sang dewi mencintainya sepenuh hati. Suatu saat
nanti. Walaupun itu entah kapan. Padahal dia tahu benar bahwa titisan Dewi
Setyawati itu terlahir begitu setia pada suaminya.
Setiap
hari Rahwana mendatangi Sinta dengan beragam sajak maupun puisi cinta (ternyata bucin sudah ada sejak dahulu yah hehe). Dia selalu
minta maaf karena telah menculiknya. Semua itu dilakukan agar Sinta bersedia
menjadi permaisuri, satu-satunya istri terkasih. Namun, Sinta selalu menolak. Apa
yang datang dari hati, pasti sampai ke hati. Sekejam apa pun Rahwana,
ketulusannya pelan-pelan dirasakan oleh Sinta. Selama dirinya di Alengka,
Rahwana berubah menjadi baik dan murah senyum sehingga mengubah suasana
kerajaan menjadi baik pula dan penuh kedamaian.
Sinta
mulai tergoda tapi di sisi lain dia tak mau mengkhianati suaminya. Hingga
hampir tiga tahun lamanya, kenapa Rama tak kunjung juga menyelamatkannya?
Apakah suaminya sudah tak mencintainya lagi?
Dalam
diam mereka saling bicara.
“Tidakkah
kau juga mencintaiku Sinta? Tidakkah kau mengingatku walau sedikit saja,
sebagai pria yang pernah kau cintai sampai mati”
“Aku
sebenarnya juga mencintaimu. Namun aku terikat dengan Rama. Jika kamu
mencintaiku, tolong relakanlah aku dan kembalikanlah aku.”
Kata-kata
Sinta ibarat mantra yang menyihir Rahwana. Sebab, selama hidupnya hanya
kata-kata itulah yang dinanti.
“Jika itu
maumu, sebagai ksatria, aku akan berduel satu lawan satu dengan Rama. Jika dia
bisa mengalahkanku, maka aku akan mengembalikanmu kepadanya”
Ketika
Rama datang dengan balatentara wanara serta Hanuman dengan gagah berani Rahwana
menyambutnya.
“Aku
mencintai Sinta, Rama! Aku akan melakukan apa pun untuknya. Aku benar-benar
mencintainya bukan sepertimu yang menikahinya hanya karena berhasil memenangkan
sayembara. Semua perbuatanku yang kau sebut ‘mengacau’ sebenarnya adalah
usahaku dalam rangka mendapatkan cintaku kembali”
Pertarungan
pun terjadilah. Dengan dibantu Hanuman, Rama berhasil mengalahkan Rahwana dan
membunuhnya. Sinta pun kembali jadi miliknya. Dia lari menghambur ke pelukan
Rama. Namun, sambutan Rama justru tak dia duga. Rama curiga, jangan-jangan
Sinta telah dinodai Rahwana.
Berkali-kali
Sinta menjelaskan bahwa dirinya masih suci. Rahwana tidak sekali pun pernah
menyentuhnya. Tapi Rama tak juga percaya. Hingga akhirnya, Sinta nekat
membuktikan kesuciannya dengan menceburkan diri ke bara api. Karena dia masih
suci, api tak bisa membunuhnya. Barulah setelah itu Rama mau menerimanya
kembali.
Tinggal
kemudian sukma Rahwana yang menangis sejadinya karena nestapa cinta. Kenapa
takdir tidak memilihnya? Andai dia ikut perlombaan pasti Sinta menjadi
miliknya, bukankah kesaktian Rama masih jauh di bawahnya. Kenapa pula Sinta
memilih pria yang tidak mempercayainya 100 persen? Sementara bagi Rahwana,
Sinta ternoda atau tidak, cantik atau tidak dia tetap akan mencintainya.
Di sudut
lain yang tak terlihat. Sinta tersedu pilu karena Rahwana sudah tak ada lagi di
dunia yang ditempatinya, tak menghirup lagi udara yang dihirupnya.
Sosok yang mencintainya tanpa tapi.... (imajinasikan apa yang dipikirkan Sinta)
Moral value yang tersirat pada
kisah cinta Rahwana, diibaratkan kalimat singkat ini "Jika ada yang bertanya
kenapa saya mencintai kamu, saya tidak punya jawaban untuk itu. Karena yang
saya tahu cinta tak butuh alasan, tapi pembuktian."
Komentar
Posting Komentar